Forum Lingkar Pena(FLP) Banda Aceh mempunyai beberapa kegiatan rutin diantaranya kegiatan dwi mingguan yaitu kelas menulis yang terbuka untuk umum. Setiap pertemuannya selalu memberikan banyak manfaat dalam dunia kepenulisan dengan suasana yang berbeda-beda. Kelas menulis kali ini dilangsungkan di Nuansa Cafe Lamnyong dengan pemateri yang tidak kalah semangatnya dibandingkan dengan usianya.
Beliau mempunyai kenangan yang bisa dikatakan cukup kelam dalam sejarah kepenulisannya, yaitu pernah beberapa kali mengirimkan tulisan berupa cerpen ke majalah remaja serta mengikuti lomba. Namun jangankan dimuat naskah saja tidak dikembalikan. Kemudian melamar menjadi reporter majalah sekolah, ikut seleksi kemudian gagal. Hingga akhirnya ada salah seorang teman beliau yang mengajak untuk bergabung di FLP di usianya yang tidak lagi muda pada masa itu.
Beliau ingat salah satu syarat untuk masuk FLP adalah dengan membuat tulisan dan syarat itu masih berlaku hingga sekarang. Saat itu beliau membuat tulisan dengan judul “Membangun Menasah” yang ternyata tulisan itu diperiksa oleh seorang penulis muda dengan usia kira-kira 20 tahun namun tulisannya sudah best seller dan menjadi penulis beken pada masanya. Mungkin bisa dikatakan malang atau malah merupakan suatu keberuntungan. “Ucap ibu dari tiga orang anak ini”. Karena sesetalah mendapatkan komentar tentang tulisan tersebut beliau malah tidak selera makan selama tiga minggu.
Namun dari komentar tersebut beliau bangkit dan menolak untuk menyerah, kemudian berpikir “kenapa kita menulis? Dan untuk siapa kita menulis?” Dari kata-kata inilah beliau bangkit hingga tulisannya kembali diperiksa dengan orang yang sama lalu mendapatkan banyak pujian yang luar biasa. Beliau yang saya maksud adalah Dian Rubianty yang merupakan dosen disalah satu Universitas di Banda Aceh.
Tema yang diangkat pada kelas menulis kali ini adalah mengenai “Show, not Tell” yang dihadiri oleh peserta dari Darul Ulum, peserta umum serta anggota FLP sendiri. Gerahnya ruangan kelas menulis kali ini dikarenakan ruangan yang begitu lebar namun, hanya mengandalkan satu buah kipas angin saja. Ini tidak melemahkan semangat para calon penulis best seller untuk mengambil ilmu dari pemateri. Nah bagi kamu yang merupakan pemula dalam dunia kepenulisan, tema ini sangat cocok untuk dipelajari dan diterapkan lebih lanjut atau menjadi suatu acuan dalam menulis.
Dengan suara keibuanya, beliau menyampaikan materi tentang Show, not Tell yang sangat bermanfaat bagi kita sebagai calon penulis best seller insya Allah, Amiin. Hehehehe. Pemaparan singkat dan bermanfat ini diawali dengan sejarah kepenulisan beliau dan dilanjutkan dengan perbedaan antara Show and Tell, Lalu tahapan-tahapan dalam kepenulisan dan yang terakhir adalah latihan menulis ala Diane Hamiliton.
Dalam menulis sebuah cerita kita usahakan apa yang kita tulis dalam bentuk show. Mengapa? Karena show bersifat menunjukkan bukan memberitahukan. Begitu sebaliknya dengan tell yaitu memberitahukan bukan menunjukkan. Contoh kata yang termasuk tell adalah “ Bang saya hamil”. Sedangkan contoh kata show sendiri adalah tulisannya bisa mempengaruhi imajinasi si pembaca dengan bermain pada detail-detail yang istimewa, yaitu “Setelah pulang dari kantor, seperti biasa, saya langsung menuju ruang tengah untuk duduk sejenak sembari menikmati kopi buatan istri tercinta. Terlihat dari sudut mata terdapat amplop berwarna putih terletak di atas meja. Dengan pikiran penuh tanda tanya saya mencoba memecahkan situasi ini “apakah ini adalah gaji ke tiga belas saya? Namun kop surat yang terdapat pada amplpop tidak menunjukkan seperti gaji bulanan melainkan kop rumah sakit. Ada apa ini? Apakah dia sakit? Sakit apa? Namun setelah saya mebuka isinya ternyata positif. Ya, ternyata istri saya positif hamil. Sayapun lompat kegirangan atas berita bahagia ini, karena artinya sebentar lagi saya akan menjadi seorang ayah”.
Beginilah contoh show, merupakan kalimat yang didalamnya banyak penjelasan-penjelasan yang membuat si pembaca ikut merasakan apa yang penulis tuliskan. Nah, dari contoh barusan sudah dapat dibedakan bukan mana yang show dan mana yang Tell? Pembahasan selanjutnya pada kelas menulis kali ini adalah mengenai tahapan-tahapan dalam menulis yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu… Penasaran?? Baca terus sampai habis ya!
Tahapannya adalah sebagai berikut :
Tahap pertama ada dua metode yaitu, persiapan yang merupakan pengelompokkan dan menulis cepat. Dua teknik ini digunakan pada tahap proses penulisan yang paling awal. Pada tahap ini, kita hanya membangun suatu pondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman kita.
Kemudian dilanjutkan pada tahapan kedua yaitu membuat draft kasar, “Gagasan dieksplorasi dan dikembangkan” Pada tahap ini, kita mulai menelusuri dan mengembangkan gagasan kita. Pusatkan pada isi dari pada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan.
Tahapan ketiga adalah berbagi, yaitu memberikan kepada orang-orang tentang draft kasar yang telah kita buat, untuk membacanya dan memberikan umpan balik. Menurut Carr, ini juga merupakan bagian yang paling sering diabaikan. Sebagai penulis, kita merasa sangat dekat dengan tulisan, sehingga sangat sulit bagi kita untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan kita, kita perlu meminta orang lain untuk membacanya dan memberikan umpan balik. Mintalah seorang teman, rekan, pasangan atau teman sekelas untuk membacanya dan mengatakan kepada kita apa saja yang perlu diperbaiki serta mintalah kepada mereka agar menunjukkan ketidakkonsistenan, kalimat yang tidak jelas, atau transisi yang lemah.
Tahapan selanjutnya merupakan tahap ke empat yaitu memperbaiki. Setelah mendapat umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi, ulangi dan perbaikilah tulisan kita.
Tahapan kelima adalah penyuntingan (editing), pada tahapan inilah kita mulai memperhatikan dan memperbaiki semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Pastikan semuanya berjalan mulus, termasuk dalam penggunaaan kata kerja yang tepat, dan kalimat-kalimatnya harus lengkap.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan ke enam yaitu penulisan kembali. Tulislah kembali tulisan kita, lalu masukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan yang telah kita lakukan.
Tahapan yang terakhir ialah tahapan evaluasi, ini merupakan tahapan untuk memastikan bahwa kita telah menyelesaikan apa yang kita rencanakan dan apa yang ingin kita sampaikan. Walaupun ini merukan proses yang terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan.
Dipenghujung kelas menulis kali ini ditutup dengan latihan menulis ala Diane Hamiliton. Dimana beliau mengintruksikan kepada kami untuk menulis sebuah cerita tentang sebuah “Rumah Impian”.
Nah, dari judulnya saja bisa dibayangkan kalau kita diajak untuk berimajinasi lalu hasil imajinasinya kita tuliskan kembali. Dengan waktu yang diberikan begitu singkat, membuat peserta semakin terburu-buru dalam menuliskan isi dari judul yang diberikan. Namun justru, hal ini dapat melatih konsentrasi kita dalam menulis. Dan hal lucu serta menarik yang terjadi dari metode ala Diane Hamiliton ini adalah, ada sebagian peserta yang kehilangan “Rumah Impiannya” alias tidak menemukan rumah impian itu setelah peserta lain menggambarkan hasil tulisannya.
Gimana? Sudah dapat jawaban mengenai metode-metode dalam menulis?
Sepertinya tulisan ini cukup membantu tahap awal untuk menjadi seorang penulis, bukan? Hehehehe, tunggu tulisan selanjutnya ya!!!
Komentar
Posting Komentar